PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk (Bank Sumut) akan memacu bisnis pasca melantai di bursa saham. Direktur Kepatuhan Bank Sumut Eksir menyatakan langkah initial public offering (IPO) ini bukan karena memiliki modal yang seret. Mengingat, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah meminta agar bank pembangunan daerah memiliki modal inti Rp 3 triliun di penghujung 2024. Ia menyatakan saat ini, Bank Sumut telah memiliki modal inti Rp 4,3 triliun pada saat ini.
Ia menyatakan, dengan modal yang memadai itu ditambah dengan suntikan dana segar dari IPO akan mendorong kinerja bank. Sehingga bisa memberikan dividen bagi para pemegang saham.
“Dengan modal Rp 4,3 triliun posisi Bank Sumut itu ada di Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) 1. Kelas KBMI berikutnya itu memiliki modal inti Rp 6 triliun. Dengan langkah IPO ini, kita yakini dalam satu hingga dua tahun ke depan jadi KBMI 2,” ujar Arieta Aryanti Direktur Keuangan & Teknologi Informasi secara virtual pada Senin (9/1).
Baca juga : Harga Emas Antam Hari Ini (10/1) Pegadaian: Rp 1.069.000 per Gram
Ini Tujuannya Ia menambahkan menjadi KBMI 2 akan menjadi milestone (target) Bank Sumut berikutnya. Oleh sebab itu, Bank Sumut akan memacu bisnis mengingat Provinsi Sumatera Utara menjadi pusat ekonomi kedua di luar Jawa. “Sehingga, kami sebagai bank daerah di Sumatera Utara harus bisa lebih besar juga, sebesar perekonomian di Sumatera Utara. Dengan dukungan dari Bank Sumut untuk mendukung transaksi keuangan,” tambahnya.
Memang, Bank Sumut bakal mengerek kinerja bisnis dengan meningkatkan ekspansi kredit hingga pengembangan aplikasi teknologi informasi serta layanan digital. Bank Sumut, dengan kode emiten BSMT, rencananya akan mengalokasikan 80% dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum perdana saham atau IPO untuk modal kerja guna mendukung ekspansi bisnis perseroan, termasuk kredit modal kerja, kredit investasi hingga kredit konsumtif.
“Sekitar 20 persen sisanya akan digunakan untuk perluasan jaringan dan pengembangan teknologi informasi guna menunjang kegiatan usaha perseroan, termasuk layanan digital,” ujar Plt Direktur Utama Bank Sumut Hadi Sucipto Rinciannya, 10% akan digunakan sebagai belanja modal, termasuk pengeluaran untuk aset sewa berupa pembukaan atau perpanjangan sewa unit kantor, unit layanan, renovasi gedung, dan infrastruktur teknologi informasi.
Baca juga : Temas (TMAS) Raih Pendapatan Sebesar Rp 3,67 Triliun Hingga Kuartal III-2022
Sementara itu, 10% lainnya akan digunakan untuk belanja operasional berupa pengembangan jaringan ATM, layanan digitalisasi, peningkatan system security, dan pengembangan teknologi informasi lainnya dengan skema manage service. Seiring dengan dinamika yang terjadi terkait dengan pergantian pucuk pimpinan Bank Sumut, perseroan memastikan bahwa proses rangkaian IPO tidak akan terganggu dan operasional perbankan juga tetap berjalan normal.
“Bahkan jajaran Direksi dan Komisaris Bank Sumut akan segera melakukan paparan publik kepada investor. Semua masih sesuai jadwal,” tegas Hadi Sucipto. Sesuai prospektus, bank daerah milik Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara ini telah menggelar penawaran awal atau bookbuilding sebanyak- banyaknya 2.934.798.300 saham atau mewakili 23% dari total saham Bank Sumut usai IPO) mulai Kamis (5/1) hingga Rabu (18/1).
Dengan nilai nominal Rp 250 per saham, Bank Sumut mematok harga penawaran pada rentang harga Rp 350 hingga Rp 510 per saham sehingga perseroan berpotensi meraup dana Rp 1,02 triliun hingga maksimal Rp 1,49 triliun. Dengan alokasi 80% dana IPO untuk modal kerja, maka perseroan menganggarkan dana sebanyak-banyaknya Rp 1,19 triliun untuk mengerek kinerja bisnis, termasuk ekspansi kredit.
Adapun, dana IPO maksimal Rp 299,34 miliar sisanya akan digunakan untuk perluasan jaringan dan pengembangan teknologi informasi. Melalui empat perusahaan sekuritas, yakni PT Aldiracita Sekuritas Indonesia, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT RHB Sekuritas Indonesia, dan PT UOB Kayhian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek, Bank Sumut dijadwalkan dapat memulai tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia pada 7 Februari 2023.